Berkisah, Cara Jitu Mengajar Matematika

oleh
64 dibaca
contoh iklan banner 728x90

Oleh : Delvi Camelia (Guru Matematika SMAN 3 Padang Panjang)

Sudah bukan rahasia lagi bahwa kebanyakan anak didik, mulai dari tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) mengakui bahwa mata pelajaran yang paling tidak disukai adalah Mata Pelajaran Matematika.

Sebagaimana yang juga diungkapkan dalam survey situs ilmu pedia tanggal 20 Oktober tahun 2017 (lmupedia.co.id/articles/mata-pelajaran-yang-tidak-disukai-pelajar-indonesia/full). 7 mata pelajaran yang paling tidak disukai, menempatkan mata pelajaran matematika pada posisi yang pertama, kemudian disusul oleh Mata Pelajaran Kimia, Pelajaran bahasa Asing dan seni.

Survey sederhana dengan bertanya langsung kepada anak di kelas juga beberapa kali pernah penulis lakukan di tahun angkatan yang berbeda. Apa mata pelajaran yang paling kurang ananda sukai?. Hasilnya adalah 90% lebih anak anak disetiap angkatan menjawab bahwa, mata pelajaran yang paling tidak mereka sukai adalah Mata Pelajaran Matematika.

Baca Juga:  Merdeka Belajar Sebatas Jargon

Lalu ketika ditanyakan kembali, apa alasan mereka menjawab matematika sebagai mata pelajaran yang paling tidak disukai. Umumnya jawaban anak adalah karena materi matematika sulit, kaku, gurunya killer, hampir tidak ada senyum atau suasana santai selama pelajaran matematika.

Berkutat dengan angka dan rumus rumus membuat pikiran suntuk. Matematika perlu suasana segar, sehingga rumus rumus menjadi indah dan pembelajaran menjadi menarik

Situasi ini menjadi tantangan bagi penulis yang setiap hari mengajarkan matematika di tingkat Sekolah Menengah Atas. Maka dari evaluasi evaluasi kegiatan belajar inilah, kemudian penulis berinisiatif untuk memulai pembelajaran matematika dengan membawakan kisah kisah inspiratif, kisah kisah teladan, kisah kisah motivasi kehidupan dan juga kisah kisah lucu inspiratif yang berkaitan dengan pelajaran matematika.

Baca Juga:  Merdeka Belajar

Metode berkisah atau bercerita menurut imam musbikin dalam Riana Mashar:2011 akan sangat efektif dalam mempengaruhi emosi dan perasaan anak didik. Maka metode berkisah jika dilakukan dengan baik dan tepat, serta muatan materi yang mengena di hati anak. Akan bisa sangat membekas dan mampu merubah perilaku anak didik.

Lebih kurang dalam 1 tahun terakhir, penulis telah mempraktekkan kegiatan berkisah sebelum memulai pelajaran matematika. Hasil yang diperolah sangat meggembirakan.

Antusiasme anak menjadi bertambah dan juga semangat mereka mengikuti kegiatan berlajar terlihat juga semakin meningkat. Bahkan tidak jarang, anak dkelas langsung menyambut penulis dengan celetukan. “Cerita dulu buk”

Salah satu kisah yang cukup menarik yang pernah penulis sampaikan dihadapan anak adalah tentang nilai nilai agama dalam metematika. Ini terkait dengan garis horizontal dan garis vertical.

Baca Juga:  Merdeka Belajar Sebatas Jargon

Dalam konsep agama, garis vertical adalah diibaratkan hubungan dengan Allah, yang apabila semakin baik; semakin tinggi kualitas hubungan antara manusia dengan Allah. Maka nilainya akan semakin tinggi

Sebaliknya apabila hubungan antara manusia dengan Allah semakin buruk; semakin menurun, maka kualitasnya juga semakin menurun alias minus. Begitu juga dengan garis horizontal, apalabila manusia semakin menempuh jalan ke kanan (jalan kebaikan) maka nilainya, kualitasnya akan semakin tinggi.

Begitu juga sebaliknya. Jika manusia semakin menempuh jalan ke kiri (jalan syetan/jalan yang salah) maka kualitas manusia tersebut akan semakin menurun.

Mengkisahkan ini, mengajarkan anak bahwa Matematika tidak hanya untuk kebutuhan dunia saja. Melainkan matematika, juga akan sangat berguna dalam kehidupan manusia. Berkisah sebelum belajar matematika.. memang luar biasa