Implementasi Secara Mandiri: Uji Nyali Ala Kurikulum Merdeka

oleh
41 dibaca
contoh iklan banner 728x90

Oleh : Iryasman (Widyaprada LPMP Provinsi Sumatera Barat)

Mas Nadiem panggilan khas Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar sebagai episode 15 dari rangkaian program Merdeka Belajar pada tanggal 11 Februari 2022 yang lalu.

Penamaan Kurikulum Merdeka mengakhiri polemik tentang nama kurikulum ini. Sebelumnya muncul istilah Kurikulum Prototipe. Bahkan sebelumnya lagi ada istilah Kurikulum Penggerak, dan berbagai penamaan lainnya.

Terlepas dari berbagai dinamika penamaannya, semenjak awal TP. 2021/2022 yang lalu. Desain Kurikulum Merdeka telah mulai diterapkan secara terbatas oleh sekolah-sekolah yang menjadi pelaksanan Program Sekolah Penggerak.

Tulisan sederhana ini tidak membahas polemik penamaan, apalagi substansi kurikulum secara keseluruhan, tetapi lebih tertarik dengan strategi implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri.

Implementasi Secara Mandiri

Mancaliak contoh ka nan sudah, mancaliak tuah ka nan manang (melihat contoh ke yang sudah, melihat tuah ke yang menang). Berkaca pada proses implementasi Kurikulum 2013, sekolah yang secara bertahap boleh mengimplementasikan Kurikulum 2013 adalah sekolah yang telah ditunjuk.

Baca Juga:  Sekolah Unggul di Era Zonasi

Ditunjuk dalam artian kepala sekolah, guru, dan pengawasnya telah dilatih. Tidak boleh sekolah mengimplementasikan kalau belum terdaftar sebagai pelaksana Kurikulum 2013. Ini dilakukan untuk menjamin kualitas implementasi, sebagai bagian dari proses penjaminan mutu (quality assurance).

Ternyata falsafah diatas ternyata tidak berlaku bagi Kurikulum Merdeka. Menjelang berakhirnya TP. 2021/2022, dan menyongsong TP. 2022/2023, Kemdikbudristek melakukan terobosan dengan memberi kesempatan kepada satuan pendidikan atau sekolah untuk mencoba menerapkan Kurikulum Merdeka secara mandiri. Hal ini sangat menarik, karena jauh melompat dibanding dengan pola yang telah diterapkan dalam implementasi Kurikulum 2013 yang lalu.

Tawaran implementasi secara mandiri terbuka untuk semua sekolah. Implementasi secara mandiri dimaknai bahwa sekolah yang akan menerapkan tidak mendapatkan pembekalan yang komprehensif seperti halnya sekolah penggerak sebelum menerapkan kurikulum baru ini. Khususnya dalam penyiapan SDM, pengawas, kepala sekolah, dan guru di sekolah penggerak telah dibekali melalui berbagai bimtek, IHT, pendampingan, dan sebagainya, sebelum mengimplementasikan kurikulum.

Tawaran implementasi secara mandiri pada jenjang PAUD, jenjang SD kelas 1 dan 4, jenjang SMP kelas 7, dan jenjang SMA kelas 10 diberikan dalam tiga opsi, yaitu Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi.

Baca Juga:  Marry Ferrari Rilis Single Terjebak

Opsi Mandiri Belajar memberi kebebasan kepada satuan pendidikan untuk menerapkan beberapa bagian dan prinsip Kurikulum Merdeka tanpa mengganti kurikulum yang diterapkan saat ini. Mandiri Berubah adalah opsi yang memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk menerapkan Kurikulum Merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang telah disediakan.

Sedangkan opsi Mandiri Berbagi memberi keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk mengembangkan sendiri berbagai perangkat ajar.

Sekolah yang belum menjadi pelaksanaan Sekolah Penggerak tidak dipaksa, tetapi diberi tantangan untuk mengambil sikap, apakah menerima tantangan dan menjadikannya peluang, atau menjadi pengamat yang baik sebelum ikut turun ke lapangan. Dalam hal ini satuan pendidikan dituntut untuk melakukan transformasi berpikir challenge and opportunity yang berani, cepat, kreatif dan inovatif.

Uji Nyali
Jika dicari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) uji nyali diartikan sebagai uji keberanian. Dalam kehidupan sehari-hari. Uji nyali terkadang dikembangkan dalam berbagai bentuk permainan yang menarik namun menantang.

Baca Juga:  9.2 Lovers Heboh, Tak Sekedar Menggali Bakat

Dituntut keberanian untuk menentukan sikap, apakah mengambil tantangan dengan segala konsekuensinya, atau bermain di zona nyaman yang tanpa tantangan. Terpulang kepada pemain, apakah berani keluar dari zona nyaman yang penuh riak dan gelombang, atau lebih memilih berayun di buih yang indah dibawah semilir angin sepoi-sepoi.

Begitu juga dengan tantangan yang diberikan untuk memilih ikut atau tidak dalam tawaran implementasi Kurikulum Merdeka secara mandiri. Jika menetapkan pilihan ikut, maka perlu kajian mendalam semua stakehorlder yang ada di sekolah terhadap setiap opsi. Setiap konsekuensi perlu dikaji dan dipertimbangkan dengan cermat.

Opsi pertama Mandiri Belajar, merupakan pilihan yang paling rendah konsekuensinya diantara 3 opsi. Satuan pendidikan tetap menggunakan Kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan kondisi pandemi saat ini. Perubahan yang perlu dilakukan adalah pemahaman konsep umum dan prinsip Kurikulum Merdeka. Misalnya prinsip pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan pendekatan pembelajaran berdifferensiasi.

 

Selengkapnya